Surabaya, 17 06 13
Tentang perasaan seorang wanita yang idaman lelaki.
Bolehlah aku sedikit percaya diri mengenai wanita yang
dikejar-kejar laki-laki. Semua wanita cantik, tak ada yang tampan. Sehingga wajarlah
bila lelaki terpikat olehnya.
Kalau seperti ini, sungguh tidak pantas jika aku mengatakan
bahwa aku adalah tercantik, lantas temanku jelek. Kenapa? Karena cantik itu relative
tergantung maunya orang seperti apa.
Inthilaqan dari topic di atas….
Nah, pada suatu hari, aku bertemu dengan seorang lelaki.
Ia terlihat alim, tak peduli wanita, hitam manis, tapi
berwibawa. Pintar berbahasa asing, dan dialah partnerku untuk kompetisi tingkat
Nasional.
Aku bangga memliki
partner seperti dia. Setelah kulalui perkenalanku dengannya setelah
berbulan-bulan walau jumlah pertemuan bisa dihitung dengan jari ternyata dia
sangat enak sekali diajak ngobrol. Baiiik banget. aku sadari dengan segala
kekuranganku dikompetisi ini yang cukup palsu untuk backgaroundku sebenarnya,
sesungguhnya aku tak terlalu memiliki kecakapan berbahasa asing, namun jika
disuruh berpidato aku bisa menggemparkan audiens, asal harus disiapkan
jauh-jauh sebelum hari.
Karena ini bahasa asing yang belum terlalu kukuasai, suatu
hari aku menemukan kejanggalan yang harus diubah. Satu minggu lagi kompetisi
dilaksanakan, tapii…
Satu dari hanya dua tema yang aku hafal tidak cocok dengan
ketentuan, What..? cukup shock jika melihat kemampuanku yang butuh
berminggu-minggu untuk berpidato secara lancar. Apalagi juklak mengatakan bahwa
akan diadakan pengundian judul dari kelima judul yang telah ditentukan panitia.
Menurut pendengaran biasa itu malah jauh lebih menyulitkan. Tapi, berhubung aku
pernah merasakan kejadian seperti tiga tahun yang lalu, tak perlulah aku harus ngoyo
seperti tiga tahun yang lalu, karena kenyataannya, saat final tidak ada
ketentuan lotre judul. Aku berharap kejadiannya akan seperti yang lalu. Atau paling
tidak banyak kompetitor-kompetitor dan para official yang protes jika
seperti itu.
Tapi, salah juga tindakanku ini, karena meremehkan dan tidak
mau berhati-hati. Bagaimana lagi, aku tidak
boleh ngeforsir otakku. Apalagi bisa dikategorikan hafalanku cukup susah
masuk otak. Cepet ilang, apalagi. Ya sudahlah, jalani saja apa yang ada. …
Kuputuskan jalan tawakkal kepada Allah, pasrah, karena tak
mungkin waktu kurang seminggu ini kujadikan persiapan kompetisi Nasional itu, karena
aku juga memiliki kompetisi lain di minggu ini.
MSQ, salah satu kemampuan berpidato dan menjelaskan isi
kandungan al-Quran dikombinasikan dengan qiroah ayat al-Quran dan puitisasi
terjemahan al-Quran. Cukup tak terlalu membebani pikiran, karena aku bertugas
sebagai seseorang yang harus berpuitis dalam menyampaikan terjemahan al-Quran
kepada audiens. Hanya butuh pemantapan. Memang sih, tidak seberat pensyarah
atau bagian yang menjelaskan, tapi tetap saja konsentrasiku bercabang jika
harus memikirkan kompetisi Nasional seminggu lagi.
Buat partner Nasionalku, makasih udah bantuin aku menggubah
naskahku yang nggak relevan dengan topik, makasih udah bantuin nerjemahin
kata-per kata yang tak kuketahui, makasih udah ngajarin pronounciation,
makasih lagi buat pendampingnya yang selalu mendukung aku juga walau beda
instansi, yang pasti kita satu hati membangun ukhuwah islami. Yang pasti aku
bangga punya partner sepinter kamu.
Thanks GoD, yang selalu menunjukkanku jalan yang yusri/gampang.