Kamis, 05 November 2015


لا أحملُ العُقَد القديمةَ
(Aku tak dapat mempertahankan janji-janji yang dahulu – (Akad Pernikahan))
فالسلامُ على ضياعكِ من دمي
(Semoga kepergianmu berbuah keselamatan)
سكتَ الكلامْ
(Tak ada yang perlu diucapkan)
فلتأذني لي مرةً أخرى لأعُلنَ سرَّ غربتنا
(Sakitilah aku sekali lagi, akan kusebarkan rahasia perpisahan kita)
وسرَّ حكايةٍ عبرتْ موشحةً بأغطيةِ الظلامْ
(Rahasia di balik cerita kita yang diliputi kegelapan)
قالوا حرامْ ..
(Mereka berkata itu haram)
فقلتُ إنْ نبقى حرامْ
(Aku katakan: jika haram – tak layak diungkapkan)
حزنٌ يجرُ الحزنَ
(Maka kesedihan akan semakin menjadi)
يأسٌ دائمٌ خوفٌ
(Putus asa, selalu ketakutan,)
عذابٌ مُنتقى ، زيفٌ
(penderitaan mencekam, kedustaan,)
وألوانُ الكآبةِ بانسجامْ
(dan bermacam-macam kesedihan akan terus mengalir)
لا تنتهي قصصُ الهوى دوماً  بوردٍ أحمرٍ أو أبيضٍ
(Tak ada habisnya cerita cinta, jika selalu dilambangkan dengan mawar merah atau putih)
أو غصنِ زيتونٍ وأسرابِ الحمامْ
(Atau tangkai zaitun dan fatamorgana tentang merpati)
نحن ارتضينا قصةً أُخرى
(Kita lebih memilih cerita yang lain)
فراقٌ رائعٌ
(Perpisahan yang indah)
لا ينحني للشوقِ والذكرى ، ويقبلُ بالملامْ
نحن ابتدعنا غربةً كُبرى
(Tak terbuai oleh rindu dan kenangan. Kita merajut perpisahan yang besar namun rela dengan kepedihan)
وصلينا صلاةَ الهجرِ
(Kita berdoa dengan doa orang hijrah)
كانتْ حفلةً كُبرى وكنتُ بها الإمامْ
(Ini jadi perayaan besar dan akulah imamnya)
واتفقنا ..
(Dan kita pun sepakat)
قبلَ هذا اليومِ لا أذكرُ أنْ نحن اتفقنا
(Sebelum ini tak terbayang kita bisa sepakat)
غيرَ أن نُمعن في قتلِ هوانا المستهامْ
(Yang kita inginkan hanya ingin menghilangkan hubungan yang menyakitkan)
وتراضينا على النسيانِ
(Dan kita rela untuk saling melupakan)
أنجبنا حنيناً ميتاً
(Kita memilih rindu yang mati)
قومي ..
(Berdirilah...)
ركامُ اليوم يستدعيكِ أن تأتين تابوتاً
(Kebersamaan ini akan mengantarmu menemui peti mati)
ركاماً أو حطامْ
(Kebersamaan atau perpisahan)
لا صدرَ بعد اليومِ يحضننا
(Tak akan ada kata kembali setelah ini)
ولا كفٌ إذا ما لامَسَتْ كفاً
(Ibarat tak ada jabat tangan jika telapak tangan tak bersentuhan)
تنامي دفءُ ملحمةٍ وأسرارٍ
(Tidurlah agar jiwamu tenang)
يُهدهدها الوئامْ
(Persahabatan terbekukan)
قومي ..
(Berdirilah)
تبلدتْ المشاعرُ والكلامُ له فطامْ
(Perasaan tak berguna dan ucapan pun percuma)
نحن اصطفينا عنفَ خيبتنا
(Kita memilih kekerasaan kita)
وجارينا البرودةَ في مشاعرنا
(Kita melaluinya dengan dinginnya perasaan)
وأبرمنا عقودَ الهجرِ حتى تنتهي الدنيا
(Kita jaga janji berpisah hingga akhir dunia)
ويلفظنا الأنامْ
(Lalu orang-orang membicarakan kita)
واشتبكنا ..
(Kita berantakan)
لا نرى فَجر خلاصٍ
(Tak ada jalan keluar)
فهوينا للأعالي
(Keinginan kita demi kemulyaan)
كقتيلينِ على الأفق ننامْ
(Seperti dua orang terbunuh di ufuk mimpi)

موقع أدب (adab.com)
Kira-kira inti dan maksud puisi ini yaitu menjelaskan bahwa keputusan untuk berpisah itu perlu jika sudah tidak ada kecocokan dalam berumah tangga. Kalau dilihat dari judulnya, pengarang ingin memberi kesan jika sudah memutuskan untuk berpisah, kita semestinya berhusnudzon atau berbaik sangka. Dengan perpisahan itu banyak hikmah yang nantinya bisa didapat.