This is featured post 1 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 2 title
Replace these every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
This is featured post 3 title
Replace thes e every slider sentences with your featured post descriptions.Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha - Premiumbloggertemplates.com.
Kamis, 19 Juli 2018
6:10:00 AM
Unknown
بسم الله الرحمن الرحيم
Curhat Sek!
Assalamualaikum mr blog, and the dearest readers…
Oh ya, jangan terkecoh sama judulnya, pastikan kalian ngarep dapat
hikmah dibalik tulisan berikut ini. oyee?? Baca sampek tuntas kuy!
Terima kasih sudah mau buka link ini. Alhamdulillah. Setelah
sekian lama blog ini ditinggal sama pemiliknya, kini Alhamdulillah berkat
hidayah Allah pemiliknya mau kembali mengurus ladang ilmu ini. Mengapa begitu? Karena
sejatinya setiap detik, kita bisa berinvestasi. Tak tanggung-tanggung,
investasi tersebut untungnya di dapat di dunia dan di akhirat. Apakah itu? Tetew
(kata-kata ini kuraup dari sebuah aplikasi yang pernah hits dan mengundang
kontroversi)…tak lain dan tak bukan adalah ilmu. Ilmu yang bemanfaat itulah
investasi yang akan terus dan terus mengalir sampai Allah bener-bener
memutuskan untuk berhenti. Maka atas dasar keyakinan bahwa Allah mahateliti
akan setiap amal perbuatan kita, aku mau hidupku nggak sia-sia. Aku berharap
pada Allah bahwa nanti, jari-jemari yang mengetik, laptop yang menyala, tuts
keyboard yang kita tutul-tutul senantiasa bersaksi pada Allah bahwa aku _______.
Loh, kok ngarep? Yes, aku ngarep banget. Soalnya aku juga manusia biasa. Ngarep
adalah bunga kita untuk merayu Allah. Kalau kita nggak ngarep dan nggak ngrayu,
entahlah, kayaknya itu sama saja dengan kita tak punya tujuan. Dan ngarep pun
juga jadi bekal dan amunisi kita untuk mencapai tujuan. Seng penting Lillah rek...
So, sob. Barusan itu sedikit latar belakang kenapa aku
mau nulis lagi. As you know, ketika aku nulis secuplik kenapa aku mau balik
lagi ke blog, ada lindu yang berlangsung sekitar 2 menit an. Hmm…ngeri juga. Ada
apa ini? daaan lagi-lagi aku ngarep dalam hati. Nanti kalau aku mati semoga aku
bisa khusnul khotimah. Ngarep ke siapa? Siapa lagi? Yaaah…sasaran ngarep kita
ya cuma satu. Allah, right?
Sebelumnya model tulisan semicurhatan ini pernah aku
tulis berkali-kali pas dulu di MAN 3 Malang mulai dari jaman kelas satu sampe
lulus. Kapan lunturnya? Pas kuliah istiqomah nulisnya mulai luntur :> . Jadi
dulu aku suka banget namanya curhat pakek tulisan. Tapi di buku diary. Kangen banget
rasanya dulu betapa istiqomahnya aku menulis curhatan di buku notebook. Tiap kali
entek (habis) aku pasti langsung beli notebook lagi. Sampai sekarang masih ada
loh notebooknya. Jadi ketawa sendiri kalau baca. Yang aku sayangkan, kebiasaan
itu kini luntur. Bahkan dulu diary ku berbahasa Inggris. Yaah, aku sih gak
peduli benar apa nggak, soalnya nilai bahasa Inggrisku juga ancuur. Kini, aku
berbeda.
Dan kini, aku ingin mengubah perbedaan itu menjadi
lebih baik eaaa’’’
Thanks ya udah mau baca
hihihi….
Ambil hikmahnya gaes! If
you think it is not important just smile J
Oh ya, ada yang mau
bermitra dengan aku untuk mengurus blog ini? blogku jelek banget. Aku not smart
in design. Kalau ada, don’t hesitate to contact me J
Sorry ;)
Minggu, 30 Juli 2017
Selasa, 16 Agustus 2016
9:59:00 AM
Unknown
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم و رحمة الله و بركاته
الحمد لله الذي جعل الدين رباطا
متينا بين قلوب المؤمنين و أمر بالإتحاد و التعاون و نهى عن التفرق و التنازع في
كتابه الكريم. أشهد أن لا اله إلا الله القوي المتين و أشهد أن محمدا رسول الله ذو
القلب الرحيم و الخلق العظيم و سيد الأنبياء و المرسلين. اللهم صل و سلم على سيدنا
محمد و على اله و صحبه الذين طابت نفوسهم وصفت قلوبهم فكانوا هم السادة المنصورين.
...أما بعد
350 tahun lamanya, Indonesia
dijajah oleh kaum imperalis Spanyol, Portugis, Jepang, Inggris, dan Belanda.
Terkenanglah nama harum sederet aktor-aktor kemerdekaan di panggung sejarah,
seperti Sang Proklamator, Bung Karno, pemimpin perang Padri, Imam Bonjol, Sang
Perwira Revolusi Nasional, Jenderal Sudirman, “Ayam Jantan dari timur” atau
dikenal Sultan Hasanuddin, dan masih banyak lagi nama-nama penegak panji
kemerdekaan Indonesia. Mereka dengan
segenap rasa nasionalisme dan patriotisme
berseru, dengan suara keras, lantang, menggelegar, membakar semangat
perjuangan rakyat Indonesia. Maju terus, pantang mundur! Allahu Akbar!
Mereka berjuang demi bangsa dan agama.
Berapa banyak harta bangsa
Indonesia yang dicuri, dirampok, dan diboyong kaum penjajah. Berapa banyak
rakyat indonesia yang ditindas, disiksa, diperbudak, dibunuh, bahkan dipaksa
untuk keluar dari agama Islam. Namun Alhamdulillah, berkat rahmat Allah, atas
perjuangan, jiwa kepahlawanan, dan kobaran semangat juang para pahlawan, mereka berhasil mengusir pelaku durjana dari
persada bumi Indonesia. Mereka dengan
gigih dan berani mempertaruhkan nyawanya, rela mengorbankan harta, jiwa dan
raganya, demi Allah yang mereka agungkan, Rasulullah yang mereka dambakan, dan
demi kemerdekaan yang dicita-citakan, MERDEKA!!!
Allah
Swt berfirman dalam surat At-Taubah ayat 111:
إِنَّ اللّهَ اشْتَرَى مِنَ
الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ الجَنَّةَ يُقَاتِلُونَ
فِي سَبِيلِ اللّهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْداً عَلَيْهِ حَقّاً فِي
التَّوْرَاةِ وَالإِنجِيلِ وَالْقُرْآنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ مِنَ اللّهِ
فَاسْتَبْشِرُواْ بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُم بِهِ وَذَلِكَ هُوَ الْفَوْزُ
الْعَظِيمُ -١١١-
Sesungguhnya Allah membeli dari
orang-orang ukmin, baik diri maupun harta mereka dengan memberikan surga untuk
mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau
terbunuh, (sebagai) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan
al-Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka
bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah
kemenangan yang agung.
Hadirin sebangsa dan setanah air
yang diridai Allah.
Pada hari ini, bangsa kita tercinta, Indonesia, tengah
memperingati HUT Kemerdekaan yang ke-71. Sesungguhnya kemerdekaan adalah
anugerah yang sangat besar yang Allah karuniakan kepada bangsa kita. Anugerah
yang besar ini tidaklah mudah digapai dan diwujudkan kembali kecuali dengan
perjuangan dan pengorbanan yang besar. Ingat! Hidup adalah perjuangan bukan
sulapan bimsalabim jadi apa... Betul? Sehingga jika kita ingin sukses
dan merdeka maka jiwa kita pun harus merdeka tanpa terbelenggu nafsu yang
menjerumuskan kita pada kegagalan, sebisa mungkin kita berprestasi, jika ingin berprestasi maka
harus tekun dalam berkreasi dan berinovasi. Semakin besar perjuangan dan
pengorbanan kita, semakin besar pula hasil yang didapatkan.
Syekh Az-Zarnuji berkata dalam kitabnya ta’limul
muta’allim:
بقدر الكد تكتسب المعالي
Sesuai dengan kadar usahanya, orang itu dapat memperoleh beberapa keluhuran.
Para pemuda-pemudi pecinta Indonesia yang dimulyakan Allah.
Kini sejarah telah mencatat dengan tinta emas bahwa
tak ada kebangkitan bangsa dan agama tanpa kiprah para pemuda.
Aristoteles,
seorang filusuf yang hidup di abad k-4 sebelum masehi berkata:
“Barangsiapa yang sudah merenungi dalam-dalam seni memerintah manusia
pasti yakin bahwa nasib suatu kekuasaan tergantung pada pendidikan anak-anak
mudanya”.
Tak
jauh mengenai hal tersebut, Syekh Imam al-Ghulaini berkata:
إن في يد الشبان أمر الأمة و في
أقدامهم حياتها
Sesungguhnya di tangan para
pemudalah urusan umat (urusan bangsa) dan di telapak kaki merekalah hidupnya
bangsa.
Begitu pula pepatah mengatakan, شبان
اليوم رجال الغاد, pemuda hari ini adalah pemimpin di masa depan.
Mengapa begitu pentingnya sejarah menyebut-nyebut
peran pemuda? Maka patutlah generasi muda
Indonesia menyadari bahwa dalam dirinya terdapat empat kelebihan spesial untuk
memajukan bangsa ini agar tetap merdeka hakiki:
1.
Kekuatan
spiritual: Iman, takwa, dan keikhlasan. Dengan beriman dan bertakwa kepada Allah,
maka kita sebagai generasi muda Indonesia akan terhindar dari hal-hal yang tidak
bermanfaat. Dalam sebuah hadits
riwayat Bukhori Muslim, Rasulullah Saw bersabda bahwa ada 7 golongan manusia
yang Allah akan menaungi mereka dibawah naungan-Nya, di masa tidak ada naungan
kecuali naungan-Nya, yang salah satunya yaitu شاب
نشأ في عبادة ربه ,
pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah. Jika hati dekat dengan Allah, tentu generasi muda Indonesia tidak akan
menyentuh hal-hal yang tidak bermanfaat, bahkan Allah akan memberi petunjuk
menuju jalan yang lurus.
2. Kekuatan Intelektual: ingatan dan analisa
yang tajam. Dengan mengembangkan kecerdasan dan kemampuan berfikir dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi, generasi muda Indonesia diharapkan mampu memajukan
negeri ini agar kita tidak tertindas oleh bangsa-bangsa lain dan tidak menjadi
budak di negeri sendiri.
3. Kekuatan emosional: semangat dan kemauan yang
kuat. Sebagai generasi muda Indonesia, kita harus pantang menyerah dalam
memajukan bangsa agar kemerdekaan yang kita capai dengan tetesan darah dan
keringat para pahlawan pendahulu kita dapat kita pertahankan.
4.
Kekuatan
fisik, dimana para pemuda dikaruniai tubuh yang segar dan sehat, serta otot yang masih kuat. Maka tidak ada alasan lagi kita lupa untuk menjaga
kesehatan dan meningkatkan kebugaran sejak dini.
Lantas,
bagaimanakah kiprah kita untuk Indonesia tercinta?
1. Meneladi
sikap kepahlawanan leluhur kita, yaitu dengan menumbuhkan rasa cinta tanah
air kepada bangsa dan negara. Jika kita cinta, maka sesungguhnya kita mau
berjuang dan rela berkorban memberikan yang terbaik bagi Indonesia. Ibaratnya,
kalau seseorang yang kita cintai sakit, maka kita akan khawatir, kita beri
obat, atau menjenguknya dengan membawa oleh-oleh yang membuat dia senang.
Begitu pula dengan negara kita. Kalau kita betul-betul cinta pada tanah air,
maka kita pun khawatir, lalu berusaha memperbaiki keadaan yang rapuh di negeri
ini. Maraknya kemiskinan, kebodohan, kebobrokan moral, kita tanggulangi secara
seksama dengan berbagai jerih payah dan pengorbanan.
2. Belajar
dari sejarah. Benarlah Bung Karno mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang
menghargai sejarah. Kita harus maju dengan menengok sejarah layaknnya
mengendarai mobil dengan melihat kaca spion (Bonnie Iryanah).
Sejarah
tidak cukup jika hanya dibukukan dan dimuseumkan, namun harus lebih digali dan
diambil hikmahnya lalu dijadikan cerminan di masa yang akan datang.
Allah
Swt berfirman dalam surat Hud ayat 120:
وَكُـلاًّ نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ
أَنبَاء الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءكَ فِي هَـذِهِ الْحَقُّ
وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ -١٢٠-
Dan semua kisah rasul-rasul, Kami
Ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu Kami Teguhkan hatimu; dan
di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat dan peringatan
bagi orang yang beriman.
Demikian
Allah memberi hikmah ketika kita belajar dari sejarah, yaitu keteguhan hati,
kebenaran, nasihat, peringatan, dan cerminan untuk menyongsong masa depan yang
cerah.
3. Mensyukuri
nikmat kemerdekaan. Kita patut bersyukur kepada Allah atas kemerdekaan ini.
Dengan kemerdekaan ini kita bisa hidup enak, nyaman, aman, tetapi jangan sampai
kebablasan; korupsi aman, pacaran aman, selingkuh nyaman...wah...wah...wah!
Bisa tak karuan kalau kepergok wartawan.
Oleh karena itu, mari kita kenang perjuangan mereka, kita teruskan
cita-cita mereka dengan belajar dari sejarah, kita tanamkan kesadaran islam
kita, kita kokohkan keimanan untuk mencintai Allah, Rasulullah, dan mencintai
tanah air Indonesia. Jadi apapun, profesi apapun kita niatkan hidup ini untuk
Allah, Rasulullah, dan kemaslahatan bangsa kita. Jangan malah sebaliknya,
kemerdekaan ini kita isi dengan kemaksiatan-kemaksiatan, penyalahgunaan
jabatan, dan lain sebagainya. Kalau ini terjadi maka kita dikatakan merdeka
tetapi masih belum bisa merasakan nikmatnya kemerdekaan.
Dan yang terakhir, kita sebagai generasi muda penerus bangsa dan agama,
mari kita isi kemerdekaan ini dengan memanfaatkan masa muda sebaik-baiknya dengan memaksimalkan potensi kita untuk mewujudkan negara yang subur, makmur, gemah ripah loh jinawi, toto
tenterem kerto raharjo. Amin ya Rabbal ‘alamin.
عسى أن يجعلنا
وإياكم ممن عرف الحق وشهد به ، وحبب إليه الخير فعمل به ، و أن يطهّر قلوبنا
ويصحّح أجسادنا ويقوّي أخوّتنا ويطوّل أعمارنا في طاعته وطاعة رسوله صلى الله عليه
وسلم ويوفّقنا جميعا إلى كلّ خير في الدنيا والدّين ، ويجنّبنا موارد الظّالمين بحرمة
سيّد الأنبياء والمرسلين والحمد لله ربّ العالمين ، آمين ..
والعفو منكم
ثمّ السلام عليكم ورحمة الله
وبركاته
Sumber: Penggenggam Kemerdekaan - Andalkan Allah - Shovi Maryam
Kamis, 05 November 2015
2:01:00 AM
Unknown
|
موقع أدب (adab.com)
Kira-kira inti dan maksud
puisi ini yaitu menjelaskan bahwa keputusan untuk berpisah itu perlu jika sudah
tidak ada kecocokan dalam berumah tangga. Kalau dilihat dari judulnya, pengarang
ingin memberi kesan jika sudah memutuskan untuk berpisah, kita semestinya
berhusnudzon atau berbaik sangka. Dengan perpisahan itu banyak hikmah yang
nantinya bisa didapat.
Minggu, 22 Februari 2015
Senin, 16 Februari 2015
12:24:00 AM
Unknown
بسم الله الرحمن الرحيم
أخو العلم حي خالد بعد موته و أوصاله تحت التراب رميم و ذو الجهل ميت و هو ماش على الثرى يظن من الأحياء و هو عديم
"Orang yang berilmu akan selamanya hidup dan kekal walau sesampainya ia di tanah yang meremukkan. Dan orang yang bodoh mati sedang ia berjalan di atas bumi. Ia menyangka bahwa ia hidup padahal sesungguhnya ia tidak ada"
Di awal tulisan ini, patutlah kita mengucap Bismillahirrahmanirrahim. Guru saya, Ustadz Abdul Adhim selalu mengingatkan muridnya agar senantiasa mengawali sesuatu dengan menyebut Asma Allah. Sammillah! begitulah beliau mengingatkan kami jika kami lalai untuk senantiasa mengandalkan Allah...
Menjadi orang 'Alim atau orang yang berilmu tak akan luput dengan bimbingan Allah Swt. Lantas bagaimana mungkin ia mendapat bimbingan Allah jika ia saja melupakan Sang Pembimbing? Maka Bismillah di sini adalah wasilah atau kunci kita mendapatkan ridha dan bimbingan Allah karena kita senantisa mengingat dan mengandalkan-Nya.
berjuta pesan dan nasihat telah sampai kepada kita agar senantiasa menjadi orang yang pintar. Namun ada juga yang mengatakan bahwa percuma menjadi orang yang pintar kalau tidak bermanfaat bagi orang lain, lebih-lebih menyakiti sesama. Ya, pernyataan yang demikian memang ada kalanya benar. Namun jika boleh memilih maka menjadi orang yang berilmu serta bermanfaat bagi orang lain adalah pilihan yang tepat. Berbeda dengan orang bodoh tetapi bermanfaat bagi orang lain, ia bagaikan seorang budak, bermanfaat bagi yang lainnya namun dipandang sebelah mata.
Orang yang berilmu, lebih lebih yang mau mengamalkan ilmunya, ia seakan-akan hidup selamanya walau jasadnya telah disemayamkan. Ia akan tetap terkenang di mata dunia walau tubuhnya telah tiada. Khalid. Kekal keberadaannya walau manusia tak bisa memandangnya. Apa yang kekal? Tentunya keberadaan apa pun tentangnya. Ilmu dan yang telah ia tularkan dan ia amalkan. Ketika semasa hidupnya ia mengamalkan ilmu melalui akhlaknya yang mulia, transfer ilmu yang ia tularkan kepada sesama, karya-karyanya yang begitu bermanfaat bagi peradaban manusia, dan semua ini tentu bisa ia lakukan karena ia memiliki ilmu. Mari kita teladani bagaimana orang-orang hebat begitu hidup sepanjang masa. Misalnya, Nabi Muhammad Saw. Manusia paling 'alim, paling pintar, paling berilmu, paling andal mengamalkan ilmu, paling cerdas mentransfer dan menyebarkan ilmu,dan tentu paling mulia karena paling berilmu dan mengamalkan ilmu dari Sang Maha Pemberi ilmu.
Karena kemuliaan beliau hingga saat ini begitu harum namanya. Dicintai umatnya, diteladani akhlaqnya, dipetik ilmunya, dipuja dan dipuji segala yang melekat di dalam dirinya.
Belum lagi Imam Malik dengan karya besarnya Al Muwatta', Alfiyah Ibnu Malik dll. Kemuliaan ilmunya menghantarkannya hingga saat ini. Karya-karyanya dimanfaatkan oleh umat dunia, kaum muslimin mendoakannya, dan tentunya pahala akan terus mengalir kepadanya karena ilmunya yang benar-benar bermanfaat bagi insan semesta. Begitu harum namanya di mata dunia.
Menjadi orang 'Alim atau orang yang berilmu tak akan luput dengan bimbingan Allah Swt. Lantas bagaimana mungkin ia mendapat bimbingan Allah jika ia saja melupakan Sang Pembimbing? Maka Bismillah di sini adalah wasilah atau kunci kita mendapatkan ridha dan bimbingan Allah karena kita senantisa mengingat dan mengandalkan-Nya.
berjuta pesan dan nasihat telah sampai kepada kita agar senantiasa menjadi orang yang pintar. Namun ada juga yang mengatakan bahwa percuma menjadi orang yang pintar kalau tidak bermanfaat bagi orang lain, lebih-lebih menyakiti sesama. Ya, pernyataan yang demikian memang ada kalanya benar. Namun jika boleh memilih maka menjadi orang yang berilmu serta bermanfaat bagi orang lain adalah pilihan yang tepat. Berbeda dengan orang bodoh tetapi bermanfaat bagi orang lain, ia bagaikan seorang budak, bermanfaat bagi yang lainnya namun dipandang sebelah mata.
Orang yang berilmu, lebih lebih yang mau mengamalkan ilmunya, ia seakan-akan hidup selamanya walau jasadnya telah disemayamkan. Ia akan tetap terkenang di mata dunia walau tubuhnya telah tiada. Khalid. Kekal keberadaannya walau manusia tak bisa memandangnya. Apa yang kekal? Tentunya keberadaan apa pun tentangnya. Ilmu dan yang telah ia tularkan dan ia amalkan. Ketika semasa hidupnya ia mengamalkan ilmu melalui akhlaknya yang mulia, transfer ilmu yang ia tularkan kepada sesama, karya-karyanya yang begitu bermanfaat bagi peradaban manusia, dan semua ini tentu bisa ia lakukan karena ia memiliki ilmu. Mari kita teladani bagaimana orang-orang hebat begitu hidup sepanjang masa. Misalnya, Nabi Muhammad Saw. Manusia paling 'alim, paling pintar, paling berilmu, paling andal mengamalkan ilmu, paling cerdas mentransfer dan menyebarkan ilmu,dan tentu paling mulia karena paling berilmu dan mengamalkan ilmu dari Sang Maha Pemberi ilmu.
Karena kemuliaan beliau hingga saat ini begitu harum namanya. Dicintai umatnya, diteladani akhlaqnya, dipetik ilmunya, dipuja dan dipuji segala yang melekat di dalam dirinya.
Belum lagi Imam Malik dengan karya besarnya Al Muwatta', Alfiyah Ibnu Malik dll. Kemuliaan ilmunya menghantarkannya hingga saat ini. Karya-karyanya dimanfaatkan oleh umat dunia, kaum muslimin mendoakannya, dan tentunya pahala akan terus mengalir kepadanya karena ilmunya yang benar-benar bermanfaat bagi insan semesta. Begitu harum namanya di mata dunia.
Nabi Muhammad Saw benar-benar mengagungkan orang yang berilmu, sebagaimana sabdanya:
فضل العالم على العابد كفضلي على أدناكم -رواه البيهقي
"Keutamaan orang yang berilmu atas orang yang ahli ibadah seperti keutamaanku atas kalian semua"
Lain lagi dengan orang yang bodoh. Mereka berjalan di atas bumi namun sebenarnya mereka tidak dianggap oleh yang lainnya karena tidak ada manfaat yang bisa dia ambil darinya.
Minggu, 07 September 2014
Langganan:
Postingan (Atom)